SultraNetwork.com-Derek Blamire (82), seorang pensiunan bos pub tengah memasang perangkap untuk menjerat hama yang kerap mengusik ketenangan burung peliharaannya.
Namun tak disangka, seekor tikus seukuran anjing kecil spesies terrier dengan ukuran panjang sekitar 18 inci, masuk dalam perangkap itu.
Baca Juga: Harga Emas Antam di Awal Pekan , Stagnan di Level Rp 943.000 per Gram
Kasus yang dialami Blamire rupanya menjadi salah satu jawaban atas prediksi ilmuwan soal evolusi tikus di bumi.
Ahli geologi University of Leicester, Dr Jan Zalasiewicz, mengungkapkan skenario bahwa suatu hari nanti tikus bahkan bisa berevolusi menjadi seukuran sapi atau bahkan lebih besar.
Baca Juga: Jadwal dan Syarat Rekrutmen PPPK Tenaga Kesehatan: Mulai Dibuka 31 Oktober 2022
Potensi evolusi ini bisa terjadi karena pertimbangan bahwa hewan pengerat berpotensi menjadi bagian penting dari ekospace bumi yang kosong.
Skenario yang menakutkan itu bisa menjadi nyata, mengingat karakter tikus yang sangat mudah beradaptasi memanfaatkan mamalia yang lebih besar yang telah punah.
Baca Juga: Pesta Halloween di Itaewon Tewaskan Ratusan Orang, Puluhan Lainnya Luka-luka
"Hewan akan berevolusi, seiring waktu, merencanakan apa pun yang memungkinkan mereka bertahan hidup dan menghasilkan keturunan," Jan Zalasiewicz, melansir Dailymail.co.uk, Senin, 31 Oktober 2022.
Zalasiewicz mencontohkan, di zaman kapur, ketika dinosaurus hidup, ada mamalia yang berukuran sangat kecil, seukuran tikus.
Baca Juga: Agensi Kim Tae Ri dan Song Joong Ki Bantah Rumor Terlibat Hubungan Asmara
Saat itu, dinosaurus menempati ruang ekologi yang lebih besar.
Hanya setelah dinosaurus menyingkir, mamalia kecil ini berevolusi menjadi berbagai bentuk.
Baca Juga: Oknum Honorer di Buton Utara Diduga Perkosa Seorang Pelajar SMK, Begini Modusnya
"Dengan waktu yang cukup, tikus mungkin bisa tumbuh setidaknya sebesar kapibara, hewan pengerat terbesar di dunia, yang hidup hari ini, yang bisa mencapai 80 kilogram (17 pon)," ungkap Zalasiewicz.
"Jika ekospace cukup kosong, maka mereka bisa menjadi lebih besar lagi," imbuhnya.
Baca Juga: Johanis Tanak Berjanji Berlaku Objektif, Jujur dan Adil Sebagai Pimpinan KPK
Contoh nyata lainnya yang mengacu pada penelitan Zalasiewicz adalah hewan pengerat terbesar yang pernah punah, Josephoartegasia monesi, yang hidup tiga juta tahun lalu.
Josephoartegasia monesi lebih besar dari banteng, dengan berat lebih dari satu ton.
Baca Juga: Tolak Rumah Bantuan, Pria Tunawisma Ini Memilih Bangun Rumah Kayu Kecil Bekas Konstruksi
Sepsies ini sangat identik dengan kerabatnya di zaman modern yakni hewan kapibara, yang tumbuh besar seukuran domba, diketahui berkembang biak di Amerika Selatan.
Pusat laboratorium para ilmuwan di pulau tikus menunjukkan bahwa tikus berkembang biak menjadi spesies yang dominan.
Baca Juga: Ketua Partai Demokrat Sultra Muh Endang Maju Caleg DPR RI
Potensi evolusi tikus di pusat laboratorium itu berkaitan dengan prediksi Dr Jan Zalasiewicz bahwa tikus suatu hari nanti bisa menjadi sama dengan, atau lebih besar, dari sapi.
Sapi rata-rata memiliki tinggi sekitar 147 cm (58 inci) dan panjang 152 cm (60 inci).
Baca Juga: Aktifitas yang Diklaim Menurunkan Resiko Depresi: Menjelajahi Pedesaan, Hingga Mengamati Burung
"Tikus adalah salah satu contoh terbaik dari spesies yang menyebar ke seluruh dunia, dan yang telah berhasil beradaptasi dengan banyak lingkungan baru tempat mereka berada," katanya.
"Mereka sekarang tersebar pulau-pulau di seluruh dunia, dan terbukti sangat sulit untuk diberantas," imbuhnya.
Baca Juga: Dua Pelaku Begal Sadis Ditangkap Buser 77 Polresta Kendari
Pada tahun 2013, para ilmuwan memperingatkan reptil besar dan mamalia yang menyusut dapat ditemukan di planet bumi jika pemanasan global terus berlanjut.
Jonathan Bloch, ahli paleontologi di Museum Sejarah Alam Florida, mengatakan bahwa ada hubungan yang jelas antara pemanasan global dan fosil hewan yang tidak biasa.
Baca Juga: Sejarah dan Cara Memperingati Sumpah Pemuda
Dr Bloch telah melihat periode yang dikenal sebagai Paleosen-Eosen Termal Maksimum yang hidup sekitar 55 juta tahun yang lalu.
Pada saat ini, menurut Bloch, suhu global naik sekitar 6 derajat celcius selama periode 200.000 tahun.
Baca Juga: Realme Konfirmasi Peluncuran Seri 10 Terbaru November Mendatang
Dr Bloch telah melihat bukti keberadaan makhluk aneh ini secara langsung.
Tahun lalu, dia membantu menemukan kura-kura raksasa Amerika Selatan berusia 60 juta tahun yang hidup di tempat yang sekarang disebut negara Kolombia.
Baca Juga: Sektor Pelayaran Internasional Penyumbang 3 Persen Polusi, Kemenhub RI Dorong Mitigasi Dekarbonisasi
"Mereka ada di sana untuk selamanya. Sesampai di sana, mereka telah mengalahkan banyak spesies asli dan hal itu kadang mendorong mereka menuju kepunahan," ungkap Bloch.
"Akibatnya, ekospace dikosongkan, dan tikus berada dalam posisi yang baik untuk mengisi kembali sebagian besar kehidupannya di masa depan geologis menengah hingga jauh," imbuh Bloch.
Baca Juga: Mitra Parlemen Hugua Cup II Sukses Tembus Rekor Peserta Terbanyak, Siap Menuju Event Nasional
Gigantisme merupakan respons evolusioner terkenal yang terjadi ketika makhluk kecil melangkah ke ceruk ekologis yang ditinggalkan oleh spesies yang lebih besar.
Dr Zalasiewicz mengungkapkan lima puluh juta tahun yang lalu, nenek moyang jauh paus biru berkembang hingga seukuran serigala.